Pengertian Pidato Persuasif
Sebelum kita membahas tentang pidato persuasif, ada baiknya kalau kita mengetahui makna persuasif dalam perspektif umum. Menurut kamus besar bahasa indonesia, persuasif diartikan sebagai sesuatu yang bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin). Bertolak dari sana kita memiliki gambaran bahwa suatu yang bersifat meyakinkan pembaca atau pendengar itu bisa dikategorikan sebagai unsur persuasif.

Dengan tidak terlepas dari pengertian persuasif, dapat ditarik definisi pidato persuasif yaitu jenis pidato yang bertujuan untuk menarik perhatian para pendengar, memengaruhi, serta bersifat mengajak atau membujuk para pendengar agar mereka menjadi yakin dan mau mengambil tindakan bahkan melakukan sesuai dengan tujuan pidato tersebut. Isi pidato persuasif harus memiliki dasar argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pidato persuasif bersifat mengajak dan menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi kehidupan. Pidato persuasif merupakan salah satu cara efektif guna menggerakan masyarakat untuk berbuat yang lebih baik dan lebih kreatif. Seringkali pada event-event tertentu kita banyak menemui pidato persuasif yang di lakukan kepada khalayak.

Biasanya orang yang berpidato menyelipkan lelucon atau kata-kata lucu kepada audiens agar tidak merasa bosan mendengarnya. Dengan begitu informasi menjadi cair dan dapat mudah diterima oleh audiens.

Struktur Pidato Persuasif

Sama halnya dengan teks yang lain, teks pidato persuasif memiliki struktur tersendiri. Struktur pidato persuasif sebagai berikut.

Kemdikbud: hal. 45
1.  Pernyataan posisi
Merupakan pendapat atau pendirian yang digunakan penulis untuk mengulas suatu persoalan. Misalnya, apa posisi pelaku pidato terhadap suatu persoalan? apakah menjadi korban, ahli, atau hanya seseorang yang peduli terhadap persoalan itu? Untuk membuat pernyataan posisi yang kuat, kita dapat mempertanyakan beberapa poin di bawah ini.

Siapa yang akan diyakinkan?
Apa yang akan diyakinkan? (mengubah pandangan? sikap? perilaku?) 
Jenis argumen apa yang akan menarik perhatian mereka? (etika akan jauh lebih berpengaruh pada kaum tertentu di masyarakat, sementara untuk kalangan akademik harus lebih logis dan realistis. 
Apakah pernyataan sudah menyatakan posisi dengan jelas?

2. Tahap Argumen

Argumen yang dibuat harus diterangkan secara logis dan dibuktikan dengan alasan, contoh, bukti pakar, dan data atau informasi statistik yang kuat.

3. Penguatan Pernyataan Posisi

Pada bagian ini, letak argumen ditonjolkan. Simpulan posisi berdasarkan argumen yang telah disajikan memperkuat posisi. Tahapannya mencakup:

  1. Memperkuat pernyataan posisi dan menekankan pikiran utama dengan penggunaan suara, nada tinggi-rendah, mimik, bahasa tubuh, dan gestur yang sesuai dengan argumen.
  2. Argumen dikembangkan secara logis dan didukung oleh bukti-bukti, tidak hanya berdasarkan emosi dan intuisi.
  3. Tabel, gambar, diagram atau foto bukti dari data sumber dapat digunakan untuk menghasilkan pernyataan yang lebih kuat.
Sedangkan kerangka teks laporan persuasif sebagai berikut.
  • Salam pembukaan.
  • Pendahuluan : Pendahuluan berisi gambaran dari isi pidato tersebut.
  • Isi pidato :  Isi pidato meliputi maksud dan tujuan, rencana, sasaran, dan tindakan atau langkah-langkah.
  • Penutup : Penutup berisi kesimpulan, harapan, dan salam penutup.


Kaidah Kebahasaan Teks Persuasif
Pada umumnya, teks persuasif menggunakan kaidah kebahasaan seperti penggunaan kata-kata bermakna ajakan, seperti ayo, mari, yuk, dsb. Selain itu, kaidah kebahasaan teks persuasif adalah sebagai berikut.
  1. Menggunakan kata-kata bujukan, seperti harus, wajib, sangat perlu, dsb
  2. Menggunakan kata kerja imperatif, seperti tunjukanlah, waspadalah, jadikanlah, dsb.
  3. Menggunakan kata kerja mental, seperti memikirkan, menyimpulkan, mendengar, menangis, khawatir, sedih, dsb.
  4. Menggunakan peristilahan yang sesuai dengan konteks atas topik yang diangkat, seperti kurikulum, silabus, psikotes, dsb, jika temanya adalah pendidikan.
  5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan sebab-akibat (kausalitas), seperti kata sebab, karena, oleh karena itu, dengan demikian, dengan begitu, jadi, akibatnya, dsb.
  6. Menggunakan ungkapan bersifat data yang menyatakan rujukan, seperti berdasarkan data yang dipublikasikan oeh WHO, menurut pendapat …, hal ini senada dengan teori, dsb.
  7. Menggunakan pernyataan yang bersifat baik opini maupun fakta.
  8. Pada umumnya menggunakan kata ganti orang pertama jamak, seperti kami dan kita.

Refrensi:

https://bocahkampus.com/contoh-pidato-persuasif

https://kbbi.web.id/persuasif
https://saintif.com/teks-pidato-persuasif/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Related Posts